Namaku Toni umur 25 tahun, nama pacar aku Dinda umur 20 tahun. Dinda mempunyai bentuk tubuh yang sangat proporsional, dari tinggi badan 150 cm dan ukuran payudaranya walau kecil namun ukurannya pas di tubuhnya. Ditunjang dengan kulit putihnya yang lembut, serta rambut lurus panjang sebahu dengan kilau hitamnya.
Selama ini Dinda selalu melakukan perawatan di salon bersama teman kerjanya, namun kali ini dia meminta saya menemaninya. 1 Bulan berlalu saat saya tidak terlalu sibuk bekerja akhirnya kami menuju salah satu salon tempat perawatan tubuh. Disitu saya baca fasilitasnya sangat lengkap, mulai dari massage sampe luluran dan spa pun tersedia. Selain itu juga didukung oleh para ahli yang saya lihat semuanya wanita. Kira-kira 1minggu 3x saya mengajak Dinda kesalon tersebut, Selama kurang lebih 2 bulan. Hingga para pegawai di salon tersebut sampai hafal dan mengenal kami. Sampai pada akhirnya Dinda menjadi pelanggan salon tersebut. Kadang-kadang 1 minggu sekali Dinda aku ajak kesana sekedar untuk relaksasi, kalo tidak 2 minggu sekali.
Pada awal bulan memang saya tidak diperkenankan masuk untuk melihat proses perawatan tubuh pada pacar saya, karena laki-laki dan salon tersebut memang diperuntukan bagi wanita. Akhirnya mereka menawarkan kepada saya sebagai pelanggan tetap, bahwa di salon tersebut juga ada sebuah penginapan yang letaknya di bagian dalam salon tersebut. Penginapan itu berupa kamar-kamar untuk pelanggan, dimana terjaga privasinya. Dengan fasilitas AC, jacuzzi, kamar mandi uap dan tidak lupa springbed yang nyaman, dengan tujuan bagi wanita yang sudah berpacar, sang suami bisa ikut menemani di dalam tanpa mengganggu pelanggan salon yang lain khususnya wanita. Dengan adanya penawaran seperti itu tentu saya ambil. Selesai reservasi kami diantar ke sebuah kamar yang telah saya pesan didepan. Kami dipersilahkan masuk dan menunggu dipanggilkan ahlinya perawatan tubuh. Tidak terlalu lama pintu kamar diketok seseorang. Ternyata datang juga orang yang kita tunggu. Seorang wanita namanya Ani, kulitnya putih bersih, cantik dan cukup sexy juga menurutku. Ternyata selama ini Ani lah yang sering menangani perawatan tubuh pacarku. Waktu aku panggil mbak dia malu katanya umurnya masih muda dari saya, akhirnya untuk lebih akrab aku panggil Ani aja.
“Mbak Dinda ada keluhan apa? Atau mau sekedar relaksasi saja?” tanya Ani. “Yach sekedar relaksasi aja An, dah lumayan lama gak kesini” jawab Dinda.
Lalu Ani mengusulkan kepada Dinda kalo massage ringan disertai luluran keseluruh tubuh. Sebelumnya Ani mempersilahkanku duduk disofa didalam kamar tersebut, sambil menyarankan sebuah minuman semacam jamu kepadaku. Yang katanya bisa menambah stamina dan menghilangkan lelah di tubuh, sambil menunggu pacarku. Datang juga akhirnya minuman tersebut agak hangat dan rasanya ternyata manis, saya pikir pahit karena jamu. Ani menyalakan sebuah alat berupa aroma terapi untuk menambah suasana yang nyaman dan rilex. Kemudian Dinda disuruh melepaskan semua pakaiannya, karena yang pertama adalah luluran keseluruh tubuh. Setelah tubuh pacarku Dinda telanjang total serta merta Dinda berbaring diatas kasur memunggungi Ani. Mulailah Ani melumuri punggung hingga ke kaki Dinda dengan ramuan lulur yang aku sendiri kurang paham. Sambil jari jemari kedua tangannya memijat Dinda mulai dari leher, bahu, punggung pantat dan sampai ke kaki. Setelah agak lumayan lama, Ani menyuruh pacarku berbalik menghadap ke depan.
Di Lulur seluruh badan Dinda oleh Ani dari atas sampe bawah tak luput payudara dan vaginanya. Mulai pemijatan ringan dari leher turun ke dada, sampai payudara dan puting pacarku tak luput dari pijatannya. Kulihat Dinda merasa nikmat dan terdengar sedikit desahan kecil tanda kenikmatan tersebut.
“Gimana mbak Dinda, enak yaaa?” tanya Ani. “Iya An, pijatanmu bener-bener bikin relax dan nikmat dirasakan.” jawab pacarku.
Dengar hal seperti itu dimana kondisinya yang sangat nyaman dan rilex sepertinya pikiranku cuek aja, aahhh itu khan proses umum dalam terapi pikirku. Ani melanjutkan pijatannya sampai bawah dan sekarang tidak hanya memijat paha dan kaki Dinda saja tetapi jari-jemari Ani yang lentik memainkan bibir vagina dan klitoris Dinda. Digosok-gosok dan dielus dengan lembut membuat klitoris Dinda makin menonjol dan kelihatan sebesar biji kacang tanah. Desahan demi desahan terdengar lirih tapi pasti, nafsu birahi Dinda perlahan mulai meninggi. Hebat juga pikirku si Ani ini bener ahli dalam merangsang sesama wanita. Ya memang dalam pandangan pacarku sebelumnya merasa jijik melihat hubungan sex antar wanita atau lesbian. Tapi anehnya diperlakukan oleh Ani seperti itu diem aja yaaa?
“Mbak Dinda, apa boleh vagina dalamnya saya beri lulur supaya bersih?” tanya Ani. “Boleh aja gak apa-apa apa kok An” jawab Dinda terbata-bata oleh kenikmatan. “Mas ngijinin khan, kalo Vagina mbak Dinda juga saya bersihkan, supaya kalo berhubungan lebih nikmat mas” kata Dinda kepadaku sambil merayu dan minta izin dahulu. Jawabku “boleh aja kok”, khan juga suatu proses terapi pikirku.
Aneh juga pikiranku bisa seperti itu, selain itu aku juga terangsang melihat perlakuan Ani kepada Dinda. Mungkin karena minuman tadi atau aroma terapi yang benar-benar membuatku rileks dan bersikap cuek. Setelah mendapat izin, Ani melanjutkan niatnya. Saya melihat jari telunjuk Ani mulai keluar masuk vagina Dinda. Pelan-pelan dengan gerakan yang lembut, sedang ibu jari Ani menggosok-gosok klitoris pacarku. Tidak terlalu lama dan keliatannya Dinda juga belum orgasme, Ani menyudahi permainannya. Ani mengatakan kepadaku bahwa ini bagian dari ritual relaksasi katanya, jadi tidak perlu sampe orgasme. Terlihat di raut muka Dinda akan ketidakpuasannya. Selesai hal tersebut, Ani meminta Dinda mandi untuk membersihkan badan. Tadinya Dinda ogah-ogahan beranjak dari tempat tidur, mungkin saja karena tidak puas. Tapi Ani berkata katanya ini baru sebagian saja dan nanti akan ada yang lebih hebat. Dinda pergi mandi dengan air hangat hingga bersih. Selesai mandi dan mengeringkan badannya dengan handuk, Dinda duduk disofa disampingku sambil berbalut handuk saja.
Ani sedikit ngobrol-ngobrol dan katanya, “apa mau dilanjutkan atau istirahat dahulu?” Belum sempat aku jawab ehh Dinda udah nggak sabar ngomong duluan, katanya “ok aja selagi seger badannya.” “Apa tidak sebaiknya mbak Dinda minta pendapat dan ijin dari mas Toni sebagai suami?” Minta Ani kepada Dinda. “Gimana mas boleh ndak tawaran Ani tadi?” pinta Dinda. “Boleh-boleh aja khan memang sudah seharusnya” jawabku. Karena dalam pikiranku memang seperti itu prosesnya.
Kemudian aku menanyakan pada Ani, “sebetulnya proses selanjutnya seperti apa?” Ani menerangkan “untuk selanjutnya pijatan-pijatan yang ringan dan kalo mau juga bisa sampai kepuasan kenikmatan yang dalam, itupun kalo mas Toni mengijinkan”, terang Ani kepadaku. “Bukannya aku tadi sudah memperbolehkan” jawabku. “Iya mas, tapi nanti ada satu syarat bila mas Toni bener-bener menyetujui” kata Ani. “Kira-kira seperti apa syarat tersebut?” tanyaku.
Ani menjelaskan bahwa sebetulnya syaratnya sangat mudah yaitu Ani menyuruhku tetap diam dan tidak boleh mencampurinya waktu bekerja, atau Ani tidak menjamin akan kesuksesan terapi ini. Dengan berat hati asal bisa menyenangkan pacarku gak apa-apa untuk mengambil resikonya. Setelah semua setuju akhirnya Ani meminta Dinda melepaskan ikatan handuk yang melingkar menutupi keindahan tubuh sexy nya. Dan menyuruh Dinda untuk berbaring rilex di tempat tidur dengan menghadap ke depan. Perlahan-lahan tapi pasti Ani mulai memijat kembali seluruh tubuh Dinda. Tak lupa kedua payudara Dinda ikut diremas-remas dan dipilin putingnya hingga tegak berdiri. Dan tak lupa vaginanya Dinda juga digosok dan lubangnya dimasukin jari telunjuk Ani, dengan gerakan yang simultan, mulai kelihatan desahan-desahan Dinda. Terlihat vaginanya mulai basah dan licin. Desahan kenikmatan dan racauan Dinda mulai terdengar sangat jelas. Sebentar lagi terlihat pacarku Dinda akan orgasme, secara sengaja Ani menghentikan aktivitasnya.
“An kenapa berhenti? Aku hampir nyampe nich” kata Dinda. “Tenang aja mbak Dinda, sekarang mbak tanya suami dulu apa masih mau diteruskan atau tidak” jawab Dinda. “Mas boolehh yaa diterusin, aku dah nanggung nich please yaaa please banget” Dinda merayuku. “Gimana mas toni?” tanya Ani.
Aku Pun mengiyakan karena kulihat Dinda sudah benar Birahi Tinggi. Kemudian Ani tiba-tiba saja mengajakku pindah dari sofa dan duduk di kursi kayu biasa dan dengan cekatan dia mengikatku dengan kencang ke kursi. Sebelum hilang kagetku Ani mencoba menenangkanku, katanya ini sebagai jaminan kata-kataku supaya tidak mengganggu pekerjaannya. Setelah itu Ani keluar kamar, didalam aku lihat Dinda sepertinya sudah tidak memperdulikan aku lagi. Kulihat kedua tangannya sibuk meremas payudara dan menggosok bibir vaginanya, seakan-akan sudah tidak sabar. Sesaat kemudian Ani masuk, dan yang bikin aku kaget di belakangnya dia mengajak 2 orang laki-laki tinggi sekitar 180 cm, berkulit hitam dan berotot kekar. Keduanya memakai piyama. Ani memperkenalkan bahwa keduanya adalah asistennya dan ini adalah service plus dari salon. Belum sempat hilang kagetku, Ani memberi isyarat kepada keduanya. Serta merta mereka melepaskan piyamanya. Busyet ternyata dibalik piyama, mereka tidak mengenakan selembar kainpun. Terlihat penisnya belum berdiri tapi sudah lumayan besar.
Ani menggandeng tangan Dinda pacarku untuk turun dari tempat tidur. Sesaat kemudian seperti kerbau yang dicokok hidungnya, Dinda langsung berjongkok di hadapan mereka. Tanpa ada perintah, Dinda langsung menghisap salah satu penis pria tersebut hingga bener-bener membesar. Kira-kira besarnya sebesar kaleng fanta slim dan panjangnya sekitar 20 cm. Aku lihat Dinda hanya berhasil mengulum topi bajanya tidak sampai bisa masuk semua di mulutnya yang mungil. Salah seorang laki-laki negro tersebut mengangkat Dinda dan membaringkannya di atas tempat tidur. Di Tempelkan penisnya yang besar dibibir vagina pacarku, secara perlahan-lahan dan pasti penis itu dipaksa masuk kelubang vagina Dinda. Bleeezzz masuk juga penis tersebut disertai erangan, desahan kenikmatan Dinda. Mula-mula penis tersebut dimaju mundurkan secara perlahan-lahan hingga vagina Dinda terbiasa dan tidak merasa sakit. Terlihat sangat jelas sekali penis orang negro itu menggosok dan mengaduk-aduk vagina Dinda. Terlihat wajah Dinda hanya sesaat sudah akan mencapai orgasmenya yang tertunda.
“Aaaahhhaaahhh aakuuu keeluarrr ssssstttttt” teriak Dinda.
Melihat Dinda yang semakin bergairah, satu orang negro yang lain mendekatkan penisnya ke mulut Dinda. Tanpa ada perintah, langsung penis hitam dan besar dikulum walaupun hanya topi bajanya saja yang masuk. Gerakan penis si negro dalam vagina Dinda yang beraturan keluar masuk membuat Dinda semakin larut dalam nafsu sexnya.
Sambil mengulum penis sesekali dikeluarkan serta meracau, “ohhhoohhhh yesss eennakk teeruusss… kenthuuu akku sepuaassmu aahhhhaaahhh… aakuu.. aku mau nyaammpeee ooooohhhhhhhhh.” Seiring teriakan, akhirnya Dinda orgasme yang kedua hanya dalam selang waktu kurang dari lima menit.
Ani dan aku hanya menonton dari dekat.
“Gimana mbak Dinda, enak mana dikenthu suamimu apa merasakan penis orang negro ini?” tanya Ani. “Eeenakkk baangettt An, aaku… akuuu pengen terruuusss… aaaahhhhh aakkuuu keluar lagiiii Annn.” jawab Dinda.
Seperti sebuah shock therapy di telingaku mendengar jawaban Dinda pacarku.
“Wah mas Toni terangsang juga yah liatin pacarnya dikerjain orang lain.” kata Ani.
Memang jujur saja aku bener-bener terangsang, sampe si adikku kelihatan menyembul didalam celana jeans panjangku. Negro yang dikulum penisnya gantian menggantikan temannya untuk merasakan vaginanya Dinda. Sekarang Dinda disuruh Doggystyle, tak kalah besar penis yang kedua ini dengan mudah masuk dan mengobok-ngobok vagina pacarku. Karena vaginanya Dinda sudah basah dengan sperma kewanitaannya yang telah 2 kali orgasme.
“Gimana mbak Dinda, tuh lihat suami kamu juga terangsang liat mbak dientotin orang, liat tuh adiknya keliatan khan nonjol dalam celana hehehe…” canda Ani. “Maaasss… masss suka yaaa liat Dinda diiientotin ama orang laen sssshhhhhh…” kata Dinda sambil mendesah keenakan. “Ngomong aja mas ndak usah malu ini service gratis kok dari kami, khan itung-itung sebagai suatu variasi kenikmatan sex dalam keluarga hehehe…” rayu Ani.
Mau ndak mau aku mengakuinya sebagai suatu rekreasi kehidupan sex. Aku liat Dinda sedang di Dogystyle dan dari depan Dinda mengulum penis negro yang satunya. Dengan sangat bernafsu, Dinda mengulum penis si negro hingga keluar air liur dan terdengar suara-suara srruuuupp… sruuuup… seperti orang sedang makan sup. Setelah itu Ani menyuruh kedua negro tadi melakukan penetrasi ke anus dan vagina Dinda. Mendengar itu Dinda kaget dan berusaha menolak.
“Tenang aja mbak Dinda, paling sakit sedikit kok, mau khan bikin suasananya tambah panas?” rayu Ani.
Belum sempat dijawab, seorang negro yang lagi memompa penisnya dalam vagina Dinda langsung mengeluarkan penisnya dan mengarahkan ke anusnya Dinda. Sedang yang seorang lagi sudah siap dengan berbaring menunggu Dinda memasukan penisnya kedalam vaginanya. Blezzzz dua penis melakukan penetrasi saling bergantian di anus dan di vagina pacarku Dinda. Mendapatkan sensasi permainan sex yang baru, membuat Dinda kehilangan kontrol meracau mendesah mengeluarkan kata-kata yang sungguh mengagetkan.
“Ooohhhh yaaaa teerruuusss… terruuus eenntooot aakuuu ssoodomi akkku enntottt vaginaiikkuuu… ohhh yeeeesss ooohhhh maasss Toooniii aaakkuuu… aaakkkuuu uuddaahhh ….aggghhhh……..” teriak Dinda.
Entah berapa kali Dinda mengalami orgasme dan saya melihat kedua negro sudah sekitar satu jam menyetubuhi pacarku. Melihat itu Ani hanya senyum-senyum, kemudian dia melepaskan ikatan karena aku juga merasa tidak akan mengganggu. Kemudian 2 orang negro mulai keliatan akan orgasme, dengan komando Ani kedua negro itu mencabut penisnya sejurus kemudian membaringkan Dinda terlentang diatas tempat tidur. Dan satu persatu mereka menyemprotkan air maninya ke dalam mulut pacarku dan dipaksanya untuk menelan. Terlihat sperma kedua negro itu putih kekuning-kuningan serta lengket dan agak bau. Mau tidak mau pacarku menelannya, bener-bener bagaikan seorang pelacur. Selesai kedua negro itu memakai piyamanya dan ngeloyor keluar kamar.
“Gimana mbak, puas dengan permainan tadi?” tanya Ani. “Puas sekali An makasih yaaa..” “Buat mas Toni juga makasih mas” jawab Dinda.
“Semoga mbak Dinda dan mas Toni tetep berkunjung ke salon kami. Maka Ani kasih hadiah ditengahnya ada gantungan bertuliskan salon tersebut dan di ujung kalung tersebut disambungkan oleh 2 cincin mirip anting. Ani langsung menelpon ke receptionist untuk mendatangkan kembali kedua negro tadi. Kaget juga aku dan Dinda, apa mau ada percintaan lagi pikir kami berdua. Sebelum kami bertanya Ani langsung menenangkan kami.
“Jgn takut mas, Ani hanya minta bantuan tenaga mereka berdua aja kok.” kata Ani.
Akhirnya datang juga kedua negro tadi. Ani meminta pacarku Dinda berbaring terlentang di atas tempat tidur. Setelah itu kedua negro itu pun naik ke kasur dan tanpa aba-aba mereka menjilati kedua puting susu pacarku. Terlihat kedua puting susu pacarku semakin mencuat menegang tanda pacar mulai terangsang. Ani langsung memerintahkan mereka berdua memegangi kedua tangan dan kaki pacarku. Ani juga meminta pacarku menggigit pelindung gigi. Heran pikirku mau diapakan lagi pacarku ini.
“Jangan khawatir mas dan mbak, relax aja nanti pasti bagus deh hasilnya.” kata Ani.
Belum sampai aku mau menjawab tiba-tiba aku melihat Ani sudah memegang jarum, dan keliatannya jarum tersebut biasa dipakai buat bikin lubang piercing. Langsung bles… bles… dua kali Ani menusukan jarum tersebut ke kedua puting Dinda yang sudah menegang. Dan dengan cekatan, Ani memasukkan ujung kalung tadi yang ada antingnya, masing-masing ujung ke satu puting. Terlihat pacarku Dinda meronta kesakitan sambil menggigit pelindung giginya yang diberikan oleh Ani.
Sebelum Ani dan kedua negro tersebut pergi, Ani mengajakku untuk menonton adegan percintaan kembali Dinda dengan si negro. Aku dan Ani hanya menonton Dinda disetubuhi untuk yang kedua kalinya dan sekarang kedua negro tersebut menyetubuhi Dinda bergantian hingga satu jam lebih. Dengan teknik bergantian saling menggantikan, bila sang negro satu mau keluar dia berhenti dan digantikan rekannya begitu terus berlanjut. Terdengar racauan, teriakan dan desahan kenikmatan Dinda yang tak terlukiskan hebatnya.
Hal ini mendapatkan tepuk tangan dari Ani dan berkata “sekarang mbak Dinda bener-bener seperti lonte sejati dan selamat buat mas Toni yang sudah menjadi germonya.” Plok… plok… plok… suara tepuk tangan Ani.
Memang itu dikatakan Ani dalam suasana yang sangat akrab jadi tidak sampai rasanya aku pengen marah. Setelah satu jam lebih, akhirnya kedua negro itupun mencapai orgasmenya dan menumpahkan seluruh spermanya ke dalam rahim pacarku Dinda. Akhirnya Ani mengucapkan terima kasih pada kami berdua atas kunjungannya dan kami pun checkout. Dalam perjalanan ke rumah, kami bercerita tentang kesan-kesan di salon tersebut. Dan tak lupa pacarku Dinda terus memandangi kalung barunya yang menggantung di dada, tepatnya menggantung di kedua puting susunya. Karena pulangnya ternyata Dinda hanya mengenakan baju yang sedikit longgar tanpa memakai Bra.
“Mas, lain kali kita kesana lagi yaaa.” pinta Dinda. Aku jawab, “ok aja, asal aku juga boleh main sama tukang salonnya yang cantik-cantik.